Sabtu, 08 Desember 2012

Reinkarnasi Atau Hukuman Tuhan ?

Peristiwa ini kami alami pada bulan Februari tahun 2006 menjelang perayaan hari raya Iedul Adha. Kami pulang kampung untuk menyembelih hewan korban. Kami putuskan membeli wedhus  sebagai hewan kurban. Dua hari menjelang hari raya aku  berkeliling bersama istri mencari wedhus, pikir ku dapat wedhus yg gedhe dgn duit pas-pasan. Aku berhenti di “toko swalayan” khusus menjajakan wedhus di pinggir jalan. Ku tawar seekor kambing merk benggala warna putih yang amat besar. Tawar menawar berlangsung alot akhirnya tidak putus karena waktu itu budgetku pas-pasan. Sewaktu aku pamit undur dan meminta maaf karena tidak jadi beli. Aku putuskan cari kambing di tempat lain saja; tiba-tiba nggak ada sebab apa-apa si kambing yang tadi ku tawar ngamuk. Nyeruduk sana sini ditundukkan oleh yang jaga  malah semakin ngamuk. Hingga akhirnya talinya putus. Kambingnya lari mengejarku, yg sedang menghidupkan mobil pik up bosok kesayangan. Sampai dekat pintu mobil, kambing tiba-tiba berhenti, lalu diam dan tenang. Kambing mengembik lirih, tapi kulihat matanya berkaca-kaca mengeluarkan air, saat itu istriku berkata lirih;
maaf ya dhusduitku nggak cukup buat  membelimu, mudah-mudahan kamu dibeli orang lain dan hidupmu bermanfaat untuk manusia. Dengan cara itu, mudah-mudahan kamu dapat pengampunan hukuman dari Tuhan. Dagingmu akan bermanfaat buat makan orang-orang yang hidupnya kekurangan. Jangan ngamuk ya, pasti ada orang lain yang akan menyempurnakan hidupmu”.
Aneh, kambing itu diam dan sepertinya memperhatikan ucapan istriku. Aku berfikir, mata kambing itu sepertinya bukan mata binatang, tapi memancarkan aura mata manusia. Tanpa ditarik lagi oleh yang punya kambing itu berbalik arah menuju kandang penampungan di tepi jalan.
Aku dan istri melanjutkan keliling, menuju ke desa-desa, ketemu  seorang penggembala yang memiliki banyak domba. Ku pilih salah satu yang paling besar, gemuk dan memenuhi syarat. Sesampai di rumah desa, domba kuberi makan dedaunan, rumput dan kusediakan air mentah untuk minum. Sehari berlalu, hingga tengah malam si domba  kok tidak mau makan rumput, maupun dedaunan dan tidak mau minum juga. Perutnya tampak sampai lengket. Aku khawatir kalau-kalau domba itu sakit. Padahal besok paginya akan disembelih. Malam kian larut, waktu itu aku ketiduran sekitar jam 24.00. Kira-kira jam 02.00 aku terbangun oleh suara sayup-sayup tangisan seseorang. Arahnya dari tempat domba yang kutaruh di samping rumah. Istriku bilang coba cermati, sesungguhnya itu suara domba kita. Aku keluar rumah, lalu duduk di teras sambil mengamati si domba. Domba itu menatapku tajam, diam. Karena sejak kemarin domba itu tidak aku ikat dan kubiarkan saja bebas berkeliaran, lalu si domba melangkah menghampiriku yang duduk mengamatinya di teras depan rumah. Si domba berhenti melangkah namun matanya menatap mataku, penuh iba, lagi-lagi tampak keluar air mata hingga meleleh air mata si domba. Wah..benar-benar menangis domba ini. Tapi apa maksudnya, aku coba mencerna. Aku cermati rumput, dedaunan, air semuanya utuh tak ada yang berkurang. Berarti domba ini bener-bener mogok makan, pikirku. Aku meninggalkan domba itu lalu kembali masuk ke rumah lalu tidur lagi. Jam 04.30 aku terbangun, lagi-lagi mendengar suara tangisan yang asalnya mengarah pada domba di samping rumah. Istriku menyuruh keponakan untuk memberi makan kambing dengan nasi putih. Kebetulan di rumah ada sisa martabak, digunakan sebagai lauknya. Nasi dengan lauknya martabak menjadi secobek besar penuh. Di tambah satu panci rantang teh hangat manis. Semua menu makanan diberikan ke si domba. Ponakanku kaget, “loh..ternyata si domba doyan makan nasi dengan lauk dua potong martabak. Nasi segitu banyaknya dilalap sebentar langsung habis tak bersisa. Berikut teh manis serantang juga langsung disruput sampai habis. Aku suruh ponakan membuatkan kopi pake panci rantang pula. Lalu diberikan lagi ke si domba. Benar saja kopi manis itu diminum juga hingga tinggal sisa kurang dari 1/4 rantang. Paginya setelah shalat ied, tukang jagal datang ke rumah untuk memotong hewan korban. Tepat jam 09.00 si domba sudah dipotong lalu daging dibagi-bagi ke tetangga kiri-kanan. Selesai.

SOSOK MISTERIUS

     Malam harinya, ketika itu kami ada di kamar bersama istri sedang bersantai sambil nonton tv, kira-kira jam 18.30 wib. Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu jendela kamar. Tok..tok..tok..! Siapa ya ? Hening…nggak ada jawaban. Istriku minta supaya jendelanya dibuka saja, karena ada seseorang yang datang. Aku langsung buka jendela kamar..kaget sekali ! Aku lihat sosok laki-laki misterius. Suasana agak remang, dalam penglihatanku hanya wujud bayangan tubuh seorang lelaki seperti siluet. Kira-kira tingginya 155 cm badannya agak kurus, mengenakan pakaian zaman dahulu. Ia mengenakan ikat kepala warna hitam. “Kamu siapa, ada apa datang kemari ?” tanyaku kepada sosok misterius itu. Lho..ternyata ia bisa menjawab dalam bahasa Jawa yang biasa digunakan kira-kira dua abad yang lalu,”..saya terimakasih sekali, akhirnya mendapat pengurangan siksa (Tuhan), saya mau melanjutkan “perjalanan”. Kamu siapa ? sosok misterius itu menjawab,”saya yang sudah disembelih tadi pagi, saya anaknya ….(sosok misterius itu menyebutkan nama laki-laki dan perempuan, mungkin orang tuanya). Aku agak kaget, ia menyebutkan nama orang tuanya dengan nama-nama yang sudah tidak lazim dipakai untuk orang zaman sekarang. Aku tanya sekali lagi,” rumahmu dulu di mana ?”, ia tak menjawab, hanya menggelengkan kepala. Sosok misterius itu lalu menundukkan badan sebagai bahasa isyarat untuk mohon pamit dan terimakasih. Plass…hilang ! Ya Tuhan, ampunilah dosanya. Lepaso parane jembaro kubure. Aja parang tumuleh terusna lampahmu !

REINKARNASI (Hukuman Tuhan) ?

Aku berfikir..apakah ini yang dinamakan reinkarnasi ? ataukah bukan termasuk reinkarnasi, melainkan bentuk siksaan Tuhan atas dosa dan kesalahannya sewaktu hidup di dunia dulu ? Ataukah reinkarnasi itu juga merupakan salah satu bentuk hukuman Tuhan ?  Tapi ada satu hal yang saya ingat dengan apa yang dulu diceritakan eyang-eyang ku, bahwa orang yang mengalami reinkarnasi, yang diingat hanya siapa orang tuanya, dan apa saja dosa-dosanya dulu waktu masih hidup di dunia hingga sekarang mendapat hukuman seperti itu. Ataukah ini juga yang disebut siksa kubur, atau kah ini maksudnya bangkit dari kubur dengan rupa-rupa “wajah” atau wujud sesuai perbuatannya dulu.
Saya jadi teringat, tetangga saya 5 tahun yang lalu pernah memiliki seekor anjing yang tiap senin dan kamis berpuasa. Mungkinkah anjing itu berpuasa senin-kamis sebagai bentuk permohonan ampunan kepada Tuhan ? Eyang saya dulu punya burung perkutut yang berpuasa setiap hari kamis kliwon dan sabtu pahing. Usia perkututnya sampai 60 tahun turun temurun 3 generasi. Waktu itu tahun 1992 eyang dari Solo maringke perkutut kepada kami. Kami heran, karena eyang bilang kalau burung perkutut itu tidak usah repot diambil ke Solo. Biar burungnya saja yang pergi sendiri ke Jogja. Aneh tenan…masak manuk iso mabur dewe teka omahku ? Saya tertawa terpingkal karena…eyang bilang besok hari Jumat Legi perkutut yang ku paringke kamu, mau berangkat ke Jogja sendiri. Kami hanya diminta menyiapkan sangkarnya saja, dan pintu sangkarnya agar dibuka. Eh..tau-tau Jumat Legi malam hari si perkutut itu sudah datang hinggap di ranting taman belakang rumah, lalu hinggap dan masuk sendiri ke dalam sangkar. Nyai..nyai Beja !


KU SAKSIKAN DENGAN MATA KEPALA SENDIRI,
KEBESARAN TUHAN BEGITU DEKAT DI DEPAN MATA

Dari kisah di atas, kami berfikir dan bisa merasakan langsung BETAPA rahasia ilmu Tuhan itu benar-benar Mahaluas. Kami mersa sebagai manusia amat kecil bak butiran debu yang tiada artinya. Jasad ku, kemampuanku, kebisaanku, pengetahuanku, sungguh kerdil, bak pungguk yang berjalan ngesot. Hanyalah  amal kebaikan kita saja yang dapat memenuhi  jagad bumi ini. Itupun masih belum ada setets air laut dibanding Ilmu Tuhan Mahabesar ! Duh Gusti…ampunilah hamba Mu ini. Tiada kata-kata yang pantas terucap, kecuali ucapan rasa syukur atas segala anugrah dan rahmatMu ya Tuhan. Tiada perbuatan yang layak  kulakukan lagi, kecuali harus beramal kebaikan pada sesama sebagai wujud syukur ku yang paling nyata kepadaMu, Gusti Ingkang Akarya Jagad. Semakin ku kagumi Engkau, semakin merasa kecil dan bodoh aku, lalu semakin kutakuti pula Engkau.

SEJARAH PERANG SALIB

 Sejarah Perang SALIB

Perang Salib Pertama dilancarkan pada 1095 oleh Paus Urban II untuk mengambil kuasa kota suci Yerusalem dan tanah suci Kristen dari Muslim. Apa yang dimulai sebagai panggilan kecil untuk meminta bantuan dengan cepat berubah menjadi migrasi dan penaklukan keseluruhan wilayah di luar Eropa.

Pengepungan Antioch, dari lukisan miniatur abad pertengahan selama Perang Salib Pertama.


Baik ksatria dan orang awam dari banyak negara di Eropa Barat, dengan sedikit pimpinan terpusat, berjalan melalui tanah dan laut menuju Yerusalem dan menangkap kota tersebut pada Juli 1099, mendirikan Kerajaan Yerusalem atau kerajaan Latin di Yerusalem. Meskipun penguasaan ini hanya berakhir kurang dari dua ratus tahun, Perang salib merupakan titik balik penguasaan dunia Barat, dan satu-satunya yang berhasil meraih tujuannya.

Meskipun menjelang abad kesebelas sebagian besar Eropa memeluk agama Kristen secara formal — setiap anak dipermandikan, hierarki gereja telah ada untuk menempatkan setiap orang percaya di bawah bimbingan pastoral, pernikahan dilangsungkan di Gereja, dan orang yang sekarat menerima ritual gereja terakhir — namun Eropa tidak memperlihatkan diri sebagai Kerajaan Allah di dunia. Pertikaian selalu bermunculan di antara pangeran-pangeran Kristen, dan peperangan antara para bangsawan yang haus tanah membuat rakyat menderita.

Pada tahun 1088, seorang Perancis bernama Urbanus II menjadi Paus. Kepausannya itu ditandai dengan pertikaian raja Jerman, Henry IV — kelanjutan kebijakan pembaruan oleh Paus Gregorius VIII yang tidak menghasilkan apa-apa. Paus yang baru ini tidak ingin meneruskan pertikaian ini. Tetapi ia ingin menyatukan semua kerajaan Kristen. Ketika Kaisar Alexis dari Konstantinopel meminta bantuan Paus melawan orang-orang Muslim Turki, Urbanus melihat bahwa adanya musuh bersama ini akan membantu mencapai tujuannya.

Tidak masalah meskipun Paus telah mengucilkan patriark Konstantinopel, serta Katolik dan Kristen Ortodoks Timor tidak lagi merupakan satu gereja. Urbanus mencari jalan untuk menguasai Timur, sementara ia menemukan cara pengalihan bagi para pangeran Barat yang bertengkar terus.

Pada tahun 1095 Urbanus mengadakan Konsili Clermont. Di sana ia menyampaikan kotbahnya yang menggerakkan: "Telah tersebar sebuah cerita mengerikan ... sebuah golongan terkutuk yang sama sekali diasingkan Allah ... telah menyerang tanah (negara) orang Kristen dan memerangi penduduk setempat dengan pedang, menjarah dan membakar." Ia berseru: "Pisahkanlah daerah itu dari tangan bangsa yang jahat itu dan jadikanlah sebagai milikmu."

"Deus vult! Deus vult! (Allah menghendakinya)," teriak para peserta. Ungkapan itu telah menjadi slogan perang pasukan Perang Salib. Ketika para utusan Paus melintasi Eropa, merekrut para ksatria untuk pergi ke Palestina, mereka mendapatkan respons antusias dari pejuang-pejuang Perancis dan Italia. Banyak di antaranya tersentak karena tujuan agamawi, tetapi tidak diragukan juga bahwa yang lain berangkat untuk keuntungan ekonomi. Ada juga yang ingin berpetualang merampas kembali tanah peziarahan di Palestina, yang telah jatuh ke tangan Muslim.

Mungkin, para pejuang tersebut merasa bahwa membunuh seorang musuh non-Kristen adalah kebajikan. Membabat orang-orang kafir yang telah merampas tanah suci orang Kristen tampaknya seperti tindakan melayani Allah.

Untuk mendorong tentara Perang Salib, Urbanus dan para paus yang mengikutinya menekankan "keuntungan" spiritual dari perang melawan orang-orang Muslim itu. Dari sebuah halaman Bible, Urbanus meyakinkan para pejuang itu bahwa dengan melakukan perbuatan ini, mereka akan langsung masuk surga, atau sekurang-kurangnya dapat memperpendek waktu di api penyucian.

Dalam perjalanannya menuju tanah suci, para tentara Perang Salib berhenti di Konstantinopel. Selama mereka ada di sana, hanya satu hal yang ditunjukkan: Persatuan antara Timur dan Barat masih mustahil. Sang kaisar melihat para prajurit yang berpakaian besi itu sebagai ancaman bagi takhtanya. Ketika para tentara Perang Salib mengetahui bahwa Alexis telah membuat perjanjian dengan orang-orang Turki, mereka merasakan bahwa "pengkhianat" ini telah menggagalkan bagian pertama misi mereka: menghalau orang-orang Turki dari Konstantinopel.

Dengan bekal dari sang kaisar, pasukan tersebut melanjutkan perjalanannya ke selatan dan timur, menduduki kota-kota Antiokhia dan Yerusalem. Banjir darah mengikuti kemenangan mereka di Kota Suci itu. Taktik para tentara Perang Salib ialah "tidak membawa tawanan". Seorang pengamat yang merestui tindakan tersebut menulis bahwa para prajurit "menunggang kuda mereka dalam darah yang tingginya mencapai tali kekang kuda".

Setelah mendirikan kerajaan Latin di Yerusalem, dan dengan mengangkat Godfrey dari Bouillon sebagai penguasanya, mereka berubah sikap, dari penyerangan ke pertahanan. Mereka mulai membangun benteng-benteng baru, yang hingga kini, sebagian darinya masih terlihat.

Pada tahun-tahun berikutnya, terbentuklah ordo-ordo baru yang bersifat setengah militer dan setengah keagamaan. Ordo paling terkenal adalah Ordo Bait Allah (bahasa Inggris: Knights Templars) dan Ordo Rumah Sakit (bahasa Inggris: Knights Hospitalers). Meskipun pada awalnya dibentuk untuk membantu para tentara Perang Salib, mereka menjadi organisasi militer yang tangguh dan berdiri sendiri.

Perang Salib pertama merupakan yang paling sukses. Meskipun agak dramatis dan bersemangat, berbagai upaya kemiliteran ini tidak menahan orang-orang Muslim secara efektif.

1. Perang Salib Rakyat.
Perang Salib Rakyat adalah bagian dari Perang Salib pertama dan berakhir kira-kira enam bulan dari April 1096 sampai Oktober. Perang ini juga dikenal sebagai Perang Salib Populer.

2.Perang Salib Jerman.
Perang Salib Jerman 1096 adalah bagian dari Perang Salib pertama di mana tentara perang salib rakyat, kebanyakan dari Jerman, tidak menyerang Muslim namun orang Yahudi. Meskipun anti-semitisme telah ada di Eropa selama berabad-abad, ini merupakan pogrom massal pertama yang terorganisasi. Dalam beberapa kasus, otoritas dan pemimpin keagamaan berusaha melindungi orang Yahudi.
3.
Perang Salib 1101 adalah sebuah perang salib dari 3 gerakan yang terpisah, diatur tahun 1100 dan 1101 setelah kesuksesan Perang Salib Pertama.

Perang Salib Pertama yang berhasil menyarankan panggilan bantuan dari Kerajaan Yerusalem yang baru dibentuk, dan Paus Paschal II mendorong adanya ekspedisi baru. Ia terutama mendorong yang telah melakukan janji perang salib namun tidak pernah berangkat, dan yang telah memutar balik selama perjalanan. Beberapa orang ini telah menerima caci maki di rumahnya dan menghadapi tekanan agar kembali ke timur; Adela dari Blois, istri Stephen, Raja Blois, yang telah melarikan diri dari Pertempuran Antiokhia tahun 1098, juga sangat kecewa dengan suaminya bahwa dia tidak akan mempersilahkannya tinggal di rumah.
4.
Perang Salib Kedua

Peta tahun 1140 yang menunjukan jatuhnya Edessa di sebelah kanan peta, yang merupakan sebab terjadinya Perang Salib Kedua.
Peta tahun 1140 yang menunjukan jatuhnya Edessa di sebelah kanan peta, yang merupakan sebab terjadinya Perang Salib Kedua.

Perang Salib Kedua (berlangsung dari sekitar tahun 1145 hingga tahun 1149) adalah Perang Salib kedua yang dilancarkan dari Eropa, yang dilaksanakan karena jatuhnya Kerajaan Edessa pada tahun sebelumnya. Edessa adalah negara-negara Tentara Salib yang didirikan pertama kali selama Perang Salib Pertama (1095–1099), dan juga yang pertama jatuh. Perang Salib Kedua diumumkan oleh Paus Eugenius III, dan merupakan Perang Salib pertama yang dipimpin oleh raja-raja Eropa, yaitu Louis VII dari Perancis dan Conrad III dari Jerman, dengan bantuan dari bangsawan-bangsawan Eropa penting lainnya. Pasukan-pasukan kedua raja tersebut bergerak menyebrangi Eropa secara terpisah melewati Eropa dan agak terhalang oleh kaisar Bizantium, Manuel I Comnenus; setelah melewati teritori Bizantium ke dalam Anatolia, pasukan-pasukan kedua raja tersebut dapat ditaklukan oleh orang Seljuk. Louis, Conrad, dan sisa dari pasukannya berhasil mencapai Yerusalem dan melakukan serangan yang "keliru" ke Damaskus pada tahun 1148. Perang Salib di Timur gagal dan merupakan kemenangan besar bagi orang Muslim. Kegagalan ini menyebabkan jatuhnya Kota Yerusalem dan Perang Salib Ketiga pada akhir abad ke-12.

Serangan-serangan yang berhasil hanya terjadi di luar laut Tengah. Bangsa Flem, Frisia, Normandia, Inggris, Skotlandia, dan beberapa tentara salib Jerman, melakukan perjalanan menuju Tanah Suci dengan kapal. Mereka berhenti dan membantu bangsa Portugis merebut Lisboa tahun 1147. Beberapa di antara mereka, yang telah berangkat lebih awal, membantu merebut Santarém pada tahun yang sama. Mereka juga membantu menguasai Sintra, Almada, Palmela dan Setúbal, dan dipersilahkan untuk tinggal di tanah yang telah ditaklukan, tempat mereka mendapatkan keturunan. Sementara itu, di Eropa Timur, Perang Salib Utara dimulai dengan usaha untuk merubah orang-orang yang menganut paganisme menjadi beragama Kristen, dan mereka harus berjuang selama berabad-abad.

Latar belakang

Setelah terjadinya Perang Salib Pertama dan Perang Salib 1101, terdapat tiga negara tentara salib yang didirikan di timur: Kerajaan Yerusalem, Kerajaan Antiokhia, dan Kerajaan Edessa. Kerajaan Tripoli didirikan pada tahun 1109. Edessa adalah negara yang secara geografis terletak paling utara dari keempat negara ini, dan juga merupakan negara yang paling lemah dan memiliki populasi yang kecil; oleh sebab itu, daerah ini sering diserang oleh negara Muslim yang dikuasai oleh Ortoqid, Danishmend, dan Seljuk. Baldwin II dan Joscelin dari Courtenay ditangkap akibat kekalahan mereka dalam pertempuran Harran tahun 1104. Baldwin dan Joscelin ditangkap kedua kalinya pada tahun 1122, dan meskipun Edessa kembali pulih setelah pertempuran Azaz pada tahun 1125, Joscelin dibunuh dalam pertempuran pada tahun 1131. Penerusnya, Joscelin II, dipaksa untuk bersekutu dengan kekaisaran Bizantium, namun, pada tahun 1143, baik kaisar kekaisaran Bizantium, John II Comnenus dan raja Yerusalem Fulk dari Anjou, meninggal dunia. Joscelin juga bertengkar dengan Raja Tripoli dan Pangeran Antiokhia, yang menyebabkan Edessa tidak memiliki sekutu yang kuat.

Sementara itu, Zengi, Atabeg dari Mosul, merebut Aleppo pada tahun 1128. Aleppo merupakan kunci kekuatan di Suriah. Baik Zengi dan raja Baldwin II mengubah perhatian mereka ke arah Damaskus; Baldwin dapat ditaklukan di luar kota pada tahun 1129. Damaskus yang dikuasai oleh Dinasti Burid, nantinya bersekutu dengan raja Fulk ketika Zengi mengepung kota Damaskus pada tahun 1139 dan tahun 1140; aliansi dinegosiasikan oleh penulis kronik Usamah ibn Munqidh.

Pada akhir tahun 1144, Joscelin II bersekutu dengan Ortoqid dan menyerang Edessa dengan hampir seluruh pasukannya untuk membantu Ortoqid Kara Aslan melawan Aleppo. Zengi, yang ingin mengambil keuntungan dalam kematian Fulk pada tahun 1143, dengan cepat bergerak ke utara untuk mengepung Edessa, yang akhirnya jatuh ketangannya setelah 1 bulan pada tanggal 24 Desember 1144. Manasses dari Hierges, Philip dari Milly dan lainnya dikirim ke Yerusalem untuk membantu, tetapi mereka sudah terlambat. Joscelin II terus menguasai sisa Turbessel, tetapi sedikit demi sedikit sisa daerah tersebut direbut atau dijual kepada Bizantium. Zengi sendiri memuji Islam sebagai "pelindung kepercayaan" dan al-Malik al-Mansur, "raja yang berjaya". Ia tidak menyerang sisa teritori Edessa, atau kerajaan Antiokhia, seperti yang telah ditakuti; peristiwa di Mosul memaksanya untuk pulang, dan ia sekali lagi mengamati Damaskus. Namun, ia dibunuh oleh seorang budak pada tahun 1146 dan digantikan di Aleppo oleh anaknya, Nuruddin. Joscelin berusaha untuk merebut kembali Edessa dengan terbunuhnya Zengi, tapi Nuruddin dapat mengalahkannya pada November 1146.